Pixabay.com |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam masyarakat tentunya sering ditemukan beberapa pandangan yang berbeda satu dengan lainnya. Kenyataan sosial dalam masyarakat pula, sosiologi pendidikan Islam merupakan mata kuliah yang diberikan pada perguruan tinggi Islam negeri yang bertujuan agar mahasiswa mampu memahami prinsip sosiologi pendidikan Islam dan mengenali masalah pendidikan Islam atas dasar prinsip tersebut. Penilaian atas sebuah realitas sosial dalam pendidikan dan masyarakat umumnya dimulai dengan asumsi yaitu dugaan individu yang belum teruji kebenarannya. Dari asumsi-asumsi tersebut berkembang menjadi perspektif, atau pandangan yang dapat dipahami oleh setiap individu.
Dalam melihat kenyataan sosial atau biasa disebut dengan realitas sosial dalam pendidikan dan masyarakat juga demikian. Penalaran atau penilaian atas sebuah realitas umumnya dimulai dengan asumsi ( assumption ), yaitu dugaan individu yang belum teruji kebenarannya. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai kolaborasi antara perspektif sosiologi dengan pendidikan islam yang akan dibahas pada makalah dibawah ini.
B.Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan perspektif sosiologi ?
- Apa yang dimaksud dengan pendidikan islam ?
- Bagaimana kolaborasi antara perspektif sosiologi dengan pendidikan islam ?
C. Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui pengertian dari perspektif sosiologi.
- Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan islam.
- Untuk memahami kolaborasi antara perspektif sosiologi dengan pendidikan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian perspektif sosiologi
Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang suatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara – cara tertentu. Perspektif membimbing setiap orang untuk menentukan bagian yang relevan dengan fenomena yang terpilih dari konsep-konsep tertentu untuk dipandang secara rasional. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa perspektif adalah kerangka kerja konseptual, sekumpulan asumsi, nilai, gagasan yang mempengaruhi perspektif manusia sehingga menghasilkan tindakan dalam suatu konteks situasi tertentu.
Dalam konteks sosiologi juga memiliki perspektif yang memandang proses sosial didasarkan pada sekumpulan asumsi, nilai gagasan yang melingkupi proses social yang terjadi sehingga menjadi perspektif pedekatan, atau kadang disebut paradigma ketiga-tiganya merupakan cara sosiologi dalam mempelajari masyarakat.Walaupun perspektif tersebut berbeda, bahkan kadang saling bertolak belakang, antara satu dengan yang lain, namun, sekali lagi perspektif ini hanya merupakan cara pendekatan untuk mengkaji masyarakat. Jadi dapat disimpulkan, bahwa perspektif sosiologi merupakan pola pengamatan ilmu sosiologi dalam mengkaji tentang kehidupan masyarakat dengan segala aspek atau proses social kehidupan di dalamnya. Pada perkembangan selanjutnya terdapat tempat perspektif dalam sosiologi, yaitu perspektif evolusionis, dan perspektif konflik.
B. Pengertian Pendidikan Islam
Kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”. Kata “pengajaran” dalam bahasa arabnya adalah “ta’lim” dengan kata kerjanya “alama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa arabnya “tarbiyah wa ta’lim” sedangkan “pendidikan islam” dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah islamiyah”. Kata kerja rabba (mendidik) sudah di gunakan pada zaman nabi muhammad SAW.
Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian “memberi makan” (opvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering diartikan dengan “ menumbuhkan” kemampuan dasar manusia.
Jadi, Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan sseseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi.
C. Kolaborasi antara Perspektif Sosiologi dengan Pendidikan Islam
Dalam displin ilmu Sosiologi Pendidikan Islam, terdapat berbagai logika teoritis (pendekatan) yang dikembangkan sebagai perspektif utama sosiologi yang seringkali digunakan sebagai landasan dalam melihat fenomena pendidikan Islam di masyarakat. yaitu: evolusionis, fungsionalis, interaksionis dan konflik. Masing-masing perspektif itu memiliki karakteristik sendiri-sendiri bahkan bisa jadi penggunaan perspektif yang berbeda dalam melihat suatu fenomena pendidikan Islam akan menghasilkan suatu hasil yang saling bertentangan. Pembahasan berikut ini akan memaparkan bagaimana keempat perspektif tersebut dalam melihat fenomena pendidikan Islam yang terjadi di masyarakat.
D. Evolusionis
Perspektif ini memberikan keterangan yang memuaskan tentang bagaimana masyarakat manusia tumbuh dan berkembang. Pandangan seperti ini didasarkan pada karya Auguste Comte, Herbert Spencer, dan Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun memandang ilmu dan pendidikan sebagai suatu gejala konklusif yang lahir dari terbentuknya masyarakat dan perkembangannya didalam tahapan kebudayaan, akal mendorong manusia untuk memiliki pengetahuan yang penting baginya di dalam kehidupannya yang sederhana, lalu lahirlah ilmu pengetahuan sejalan dengan perkembangan masa kemudian lahir pula pendidikan sebagai akibat adanya kesenangan manusia dalam memahami dan mendalami pegetahuan.
E. Fungsionalisme
Disebut juga teori strukturalisme fungsional. Fungsionalisme merupakan teori yang menekankan bahwa unsur-unsur di dalam suatu masyarakat atau kebudayaan itu saling bergantung dan menjadi kesatuan yang berfungsi sebagai doktrin atau ajaran yang menekankan manfaat kepraktisan atau hubungan fungsional.Dalam hal ini pendidikan Islam harus mempunyai fungsi, pendidikan Islam bukan ilusi, tetapi merupakan fakta sosial yang dapat diidentifikasi dan mempunyai kepentingan sosial.
F. Konflik
Pendekatan ini terutama didasarkan pada pemikiran Karl Marx. Teori konflik melihat masyarakat berada dalam konflik yang terus-menerus di antara kelompok atau kelas. Selain Marx dan Hegel tokoh lain dalam pendekatan konflik adalah Lews Coser. Kata konflik diartikan sebagai percekcokan, perselisihan atau pertentangan, teori konflik ini mengasumsikan bahwa masyarakat terdiri dari kelompok yang memiliki kepentingan satu sama lain. Mereka selalu bersaing untuk mewujudkan hasrat dan kepentingan mereka. Sehingga seringkali bermuara pada terjadinya konflik antara satu komunitas masyarakat dengan komunitas lain. Menurut Lewis Coser, ketika terjadi konflik antara satu komunitas dengan komunitas lain, hubungan di antara anggota komunitas cenderung bersatu, sekalipun sebelumnya terjadi konflik. Sebaliknya jika tidak ada konflik antar komunitas, terdapat kecenderungan disintegrasi. Tidak ada rasa senasib, rasa bersama, dan solidaritas antar anggota.
G. Interaksionis
Pandangan ini mengkaji dari interaksi simbolik yang terjadi di antara individu dan kelompok masyarakat. Tokoh yang menganut pandangan interaksionis misalnya G.H Mead dan C. H Cooley. Mereka berpendapat bahwa interaksi manusia berlangsung melalui serangkaian simbol yang mencakup gerakan, tulisan, ucapan, gerakan tubuh, dan lain sebagainya. Pandangan ini lebih mengarah pada studi individual atau kelompok kecil dalam suatu masyarakat, bukan pada kelompok-kelompok besar atau institusi sosial. Interaksi antara manusia satu dengan lainnya selalu mempunyai motif tertentu guna memenuhi tuntutan hidup dan kehidupan mereka masing-masing.
Interaksi yang berlangsung di sekitar kehidupan manusia dapat bernilai edukatif apabila interaksi yang dilakukan dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi yang bernilai pendidikan ini dalam dunia pendidikan disebut sebagai interaksi edukatif. Dengan konsep di atas, memunculkan istilah guru di satu pihak dan anak didik di lain pihak. Keduanya berada dalam interaksi edukatif dengan posisi, tugas dan tanggung jawab yang berbeda, namun bersama-sama mencapai tujuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perpektif sosiologi merupakan pola pengamatan ilmu sosiologi dalam mengkaji tentang kehidupan masyarakat dengan segala aspek atau proses sosial kehidupan didalamnya dan suatu kumpulan asumsi maupun kenyakinan tentang suatu hal, dengan perspektif orang akan memandang suatu hal berdasarkan cara-cara tertentu. Perspektif membimbing setiap orang untuk menentukan bagian yang relevan secara rasional.
Pertama adalah perspektif evolusionis, perspektif ini merupakan perspektif teoretis yang paling awal dalam sosiologi. Perspektif ini memberikan keterangan yang memuaskan tentang bagaimana masyarakat manusia tumbuh dan berkembang. Kemudian perspektif fungsionalis, dalam perspektif ini, masyarakat dilihat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisasi dan teratur, serta memiliki seperangkat aturan dan nilai yang dianut sebagian besar anggota masyarakat tersebut.
Perspektif interaksionisme, perspektif ini cenderung menolak anggapan bahwa fakta sosial adalah sesuatu yang determinan terhadap fakta sosial yang lain. Bagi perspektif ini, orang sebagai makhluk hidup diyakini mempunyai perasaan dan pikiran. Sedangkan perspektif konflik, pemikiran perspektif konflik menekankan pada adanya perbedaan pada diri individu dalam mendukung suatu sistem sosial.
B. Saran
Dari beberapa Uraian diatas jelas banyak kesalahan serta kekeliruan, baik disengaja maupun tidak. Oleh karna itu, kami harapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki segala keterbatasan yang kami punya, sebab manusia adalah tempatnya salah dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Khaldun, Abdurrahman Ibnu. 2001. Muqaddimah Ibnu Khaldun. Jakarta : Pustaka Firdaus.
https://sayyidabdullah.blogspot.com/2016/11/makalah-perspektif-perspektif-dalam.html, diakses pada tanggal 11 Nopember 2018.
M.Arifin. 1991. ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi aksara.
Horton, Paul B. 2006. Sosiologi. Jakarta : Erlangga.
Drajat, Zakiah. 2000. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
0 comments:
Post a Comment