Apakah stres benar-benar bisa membuat berat badan naik? Banyak orang mengira gemuk hanya soal makan berlebihan atau kurang olahraga. Namun penelitian menunjukkan bahwa stres kronis dapat mengubah hormon, metabolisme, dan perilaku makan, sehingga tubuh lebih mudah menyimpan lemak. Artikel ini menjelaskan secara ilmiah bagaimana stres bisa membuat seseorang bertambah gemuk — dan apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya.
Apa Hubungan Antara Stres dan Kenaikan Berat Badan?
Saat tubuh mengalami stres, sistem saraf mengirim sinyal bahaya dan memicu reaksi biologis yang memengaruhi nafsu makan, pola tidur, dan metabolisme. Jika stres berlangsung lama, dampaknya tidak hanya mental tetapi juga fisik, terutama pada penumpukan lemak di area perut.
1. Hormon Kortisol: Pelaku Utama yang Memicu Rasa Lapar
Ketika stres, tubuh melepaskan hormon kortisol, yaitu hormon yang bertugas membuat kita tetap “waspada”. Namun efek lain dari kortisol adalah:
- Meningkatkan rasa lapar
- Memperkuat craving makanan manis dan berlemak
- Mendorong tubuh menyimpan lemak di perut
- Semakin tinggi stres, semakin tinggi pula kortisol. Dan semakin lama hormon ini bertahan, semakin besar kemungkinan berat badan meningkat.
2. Stres Membuat Otak Mencari “Hadiah” dari Makanan
Stres memicu perubahan pada sistem reward di otak. Otak yang tertekan akan mencari sesuatu yang cepat membuat nyaman — dan makanan adalah yang paling mudah dicari.
Jenis makanan yang biasanya diincar adalah:
- Gorengan
- Cokelat
- Minuman manis
- Junk food
Kondisi ini dikenal sebagai stress eating, dan merupakan respons biologis, bukan sekadar “lapar mata”.
3. Gangguan Tidur Mengacaukan Hormon Lapar
Stres sering menyebabkan kesulitan tidur. Padahal kurang tidur membuat dua hormon penting terganggu:
- Ghrelin meningkat → membuat lebih cepat lapar
- Leptin menurun → rasa kenyang sulit muncul
Kombinasi ini menciptakan kebiasaan makan berlebih tanpa disadari, terutama pada malam hari.
4. Metabolisme Menurun Saat Stres Berkepanjangan
Stres kronis membuat tubuh masuk ke mode “hemat energi”. Tubuh jadi lebih mudah menyimpan kalori sebagai lemak untuk bertahan hidup. Inilah sebabnya sebagian orang mengeluh:
> “Aku nggak makan banyak, tapi berat badan tetap naik.”
Ini bukan mitos — stres dapat benar-benar memperlambat metabolisme.
5. Gaya Hidup Berubah Saat Stres
Ketika stres, banyak orang:
- Malas bergerak
- Menghindari olahraga
- Mudah lelah
- Duduk atau rebahan lebih sering
- Meninggalkan rutinitas sehat
Penurunan aktivitas fisik otomatis membuat kalori tidak terbakar optimal.
Bagaimana Cara Menghindari Kenaikan Berat Badan Karena Stres?
Berikut langkah sederhana untuk mencegah stress eating dan kenaikan berat badan:
1. Tidur yang Cukup
Prioritaskan tidur 7–8 jam per malam untuk menjaga keseimbangan hormon lapar.
2. Atur Napas atau Meditasi 5 Menit
Teknik napas lambat terbukti menurunkan kortisol.
3. Gerak Badan 20–30 Menit
Tidak perlu berat—jalan kaki atau stretching sudah membantu.
4. Pilih Camilan Sehat
Ganti craving manis dengan buah, yogurt, atau kacang-kacangan.
5. Kenali Pemicu Stres
Jika stres berasal dari pekerjaan, hubungan, atau keuangan, identifikasi sumbernya dan cari solusi bertahap.
Kesimpulan: Ya, Stres Bisa Membuat Gemuk — Dan Ilmu Menjelaskan Alasannya
Stres kronis memengaruhi hormon, otak, pola tidur, dan metabolisme. Semua ini saling berkaitan dan mendorong peningkatan berat badan, terutama di area perut. Untuk mengatasinya, fokus tidak hanya pada diet atau olahraga, tetapi juga pada manajemen stres.
Mengelola stres = mengelola berat badan.
Jika akar masalahnya diperbaiki, tubuh lebih mudah kembali ke kondisi seimbang.







%20(1).png)
0 comments:
Post a Comment